Bilik Termenung




By: Yeyen Robiah


Pernah kah suatu waktu

Dengan semangat menggebu

Siap melalui hari itu

Dengan seribu harapan baru


Tiba tiba semua menjadi kelabu

Saat kutahu aku tak bisa mundur ataupun maju

Karena bilik termenungku sedang buntu


Kubolak balik tak menentu

Merasai perut yang semakin kacau

Mau tak mau larilah aku ke rumah ibu

Hanya sekedar untuk membuang hajatku

Itulah sepenggal puisi yang pastinya tak ingin kita alami. Masalah sepele namun bisa merusak mood seharian. 

Dari masalah masalah sepele inilah,  kita tersadar bahwa kita sering lalai bersyukur pada apa yang kita miliki selama ini. Pada apa yang semua baik baik saja selama ini. Bilik termenung (alias WC) lancar ga buntu, pintu gerbang ga berderit, mesin cuci masih bisa berputar,  WiFi ga putus nyambung kaya kisah cinta monyetmu kala itu, kompor gas nya full jadi  minum kopi panasnya ga kepending,  bahkan ga kehabisan tisu di meja makan pun, kita sering lupa bersyukur. 

Bersyukur itu bukan saat kita diberi  anugerah yang besar saja. Bersyukur pada hal hal yang kecil, sederhana, dan sepele malah membuat hidup kita makin bermakna. Banyak hal kecil yang kita lalai untuk bersyukur tapi akan terasa sangat merusak hari kita ketika yang kecil kecil itu mulai bermasalah. 

Beberapa waktu yang lalu, tetangga saya pusing tujuh keliling. Bilik termenung di rumah nya baru saja diperbaiki. Sudah panggil tukang sedot WC yang brosur nya sering kita lihat di tiang listrik itu, tapi baru beberapa hari WC itu mampet lagi. Karena pas tengah bulan dan anaknya baru saja masuk kuliah di UNPAM, dana untuk memperbaiki dah kosong. Jadi, apalah daya, selama bilik termenungnya masih belum diperbaiki, mereka terpaksa buang hajat di kamar mandi masjid terdekat.

Nah bisa dibayangkan bagaimana repotnya tetangga saya ini. Tiap pagi harus ke kamar mandi masjid depan rumah. Mereka harus melalui ini sekitar 2 pekan lamanya. Waktu yang 2 pekan ini terasa begitu menyiksa mereka. Perasaan ga nyaman, ga enak, ga tenang dll bercampur menjadi satu. Untung waktu mereka tiap pagi gantian wara wiri ke kamar mandi masjid ga saya godain dan ga saya julidin, hehe...😅

Nah, dari kisah tetangga saya itu, kita dapat mengambil hikmahnya bahwa bersyukurlah kita setiap saat mulai dari hal yang kecil, sepele dan sederhana yang sudah kita miliki. Tentang segala fasilitas hidup kita yang baik baik saja. Mulai dari perabot dapur, peralatan mandi, bahkan pada saat kita nemuin cotton buds ketika telinga kita begitu gatal.

Hayati dan resapi setiap detik kehidupan kita dengan segala apa yang sudah kita miliki dalam keadaan yang baik baik saja. Betapa beruntungnya kita dengan segala fasilitas hidup yang selalu memudahkan aktivitas kita sehari-hari. 

Saat fajar merah mulai merekah,  bersyukurlah kita dengan sepenuh hati atas terangnya cahaya yang masuk ke mata kita sehingga kita bisa melihat warna warni dunia. Bersyukurlah ketika masuknya frekuensi getaran bunyi yang melalui telinga kita sehingga kita dapat mendengarkan hiruk pikuknya dunia bahkan bersyukurlah ketika kita bisa menghirup oksigen dengan bebas dan bersyukurlah ketika kita bisa mengeluarkan gas amoniak yang berputar putar dalam perut kita. Ya, legaaa rasanya. 

Rasakan dan resapi semua itu dapat kita nikmati setiap hari. 

Tapi kita harus ingat bahwa bersyukur tidak hanya dengan hati, yaitu dengan mengakui segala nikmat ini pemberian Allah, atau bersyukur hanya dengan lidah, yaitu dengan mengucapkan Alhamdulillah dan dzikrilloh, tetapi bersyukurlah dengan tindakan, yaitu dengan mengerjakan amal sholeh dan ketaatan dalam beribadah kepada Allah. Bersyukur dengan sepenuh hati, jiwa dan raga sehingga hidup kita lebih berkualitas dan bermakna setiap hari.  Menjalani hidup dengan penuh kesadaran dan kebermanfaatan bagi diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Sehingga hidup kita menjadi lebih baik dan lebih bahagia, dunia dan akhirat. 

Hidup menjadi lebih hidup jika kita selalu bersyukur

Setuju ya Mak..🥰


#INLPS

#NLP

#AkuMenulis

#NLPforEmakEmak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sepenggal Kisah dari Ruang IGD