Belajar dari Batu Penggiling Gandum
By: Yeyen Robiah
Masih ingatkan sama raksasa amburadul? Ya raksasa jelmaan baju baju yang minta disetrika. Raksasa yang mengejar ngejar istrinya mas Pri dan minta "pertanggungjawaban". Seperti itulah kira kira ilustrasi pekerjaan rumah tangga yang kadang menjadi momok bagi para ibu rumah tangga. Pekerjaan rumah tangganya seakan menjelma menjadi sosok raksasa yang besar. Dan parahnya lagi, pekerjaan yang tiada hentinya itu bisa menyulut emosi, marah-marah tiada henti dan kadang depresi.
Bagi seorang ibu yang pekerjaan pokoknya seputar pekerjaan domestik rumah tangga alias kasur,dapur, dan sumur yang dikerjakan setiap hari sering menimbulkan kebosanan, kejenuhan dan kepenatan. Hal ini lumrah karena seorang ibu itu juga manusia yang punya rasa capek dan lelah. Tetapi mau tak mau semua pekerjaan itu adalah makanan sehari-hari bagi para ibu rumah tangga. Bosan, jenuh bahkan stres kadang melanda para ibu rumah tangga.
Rasa bosan, penat, dan keluh kesah pada pekerjaan rumah tangga ternyata tidak hanya dirasakan oleh kita para ibu rumah tangga pada umumnya. Seorang putri Nabi, sang teladan umat, Fatimah binti Muhammad bin Abdullah pun merasakan kebosanan dan kelelahan dalam urusan rumah tangganya.
Ingat kan kisah Fatimah binti Muhammad bin Abdullah yang menggiling gandum sampai tangannya kapalen sambil menangis? Beliau mengadu pada ayahanda tentang lelahnya menggiling gandum hampir seharian. Selain itu Fatimah juga meminta seorang khadimat atau asisten rumah tangga untuk membatunya menyelesaikan pekerjaan rumah tangganya.
Fatimah menjelaskan bahwa menggiling gandung dan semua pekerjaan rumah tangga membuatnya lelah dan bosan. Karena itu, dia menangis.
Mendengar hal itu, Rasulullah mengambil batu penggilingan itu seraya mengucapkan basmalah. Sekejap, penggilingan itu berputar sendiri dengan izin Allah SWT. Lalu terdengar batu penggiling itu bertasbih sambil terus menggiling gandum yang dilemparkan Nabi. Maka, ketika Nabi memintanya berhenti berputar, batu penggilingan itu berbicara dengan fasih bahwa dia siap diperintah menggiling gandum dari Timur ke Barat karena ia enggan masuk neraka yang bahan bakarnya terdiri atas batu dan manusia. Lalu Rasulullah berjanji bahwa batu penggilingan itu nanti akan menjadi salah satu batu mahligai Fatimah Azzahra di dalam surga. Maka bergembiralah batu itu dan kemudian terdiam.
Nabi menoleh pada Fatimah dan berkata jika Allah menghendaki, niscaya penggilingan itu berputar sendiri untuk putrinya. Tetapi, hal itu tidak dilakukan Nabi karena Allah menghendaki beberapa kebaikan ditulis dan beberapa kesalahan dihapuskan atas lelahnya Fatimah. Ia diangkat derajatnya oleh Allah.
''Ya Fatimah, jika perempuan menggiling tepung untuk suami dan anak-anaknya, maka Allah menuliskan untuknya dari setiap biji gandum yang digilingnya suatu kebaikan dan mengangkatnya satu derajat.''
''Ya Fatimah, jika perempuan berkeringat ketika ia menggiling gandum untuk suaminya, maka Allah menjadikan antara dirinya dan neraka tujuh buah parit. Jika ia meminyaki dan menyisir rambut anak-anaknya dan mencuci pakaian mereka, Allah akan mencatatkan pahala orang yang memberi makan seribu orang lapar dan memberi pakaian seribu orang telanjang. Jika perempuan menghalangi hajat para tetangganya, Allah akan menghalanginya dari air telaga Kausar di hari kiamat.''
''Ya Fatimah, hal yang lebih utama dari semua itu adalah keridhaan suami terhadap istrinya. Jika suamimu tidak ridha padamu, tidaklah akan aku doakan kamu. Tahukah engkau bahwa ridha suami bernilai lebih di hadapan Allah dan kemarahannya adalah kemarahan Allah?''
Nabi kemudian mengungkapkan segala kebaikan lain yang bakal diraih perempuan sebagai ibu rumah tangga, salah satunya adalah, ''Jika perempuan melayani suaminya sehari semalam dengan baik hati, ikhlas, serta niat yang benar, Allah akan mengampuni semua dosanya dan akan memakaikannya sepersalinan pakaian hijau dan dicatatkan untuknya dari setiap helai bulu dan rambut yang ada pada tubuhnya seribu kebaikan dan dikaruniakan untuknya seribu pahala haji dan umrah.''
Masyaallah....
Dari kisah Fatimah ini dapat diambil hikmahnya bahwa jika para ibu melakukan pekerjaan rumah tangga dengan penuh penerimaan, kesabaran dan keikhlasan, insyaallah, kebaikan dunia dan akhirat dia dapatkan dan surga telah menantinya.
Jadi, jika kita sudah punya keyakinan bahwa semua pekerjaan rumah tangga adalah ibadah yang akan mendapatkan balasan dari Allah berupa jannah maka hati kita akan menjadi tenang, senang, pekerjaan kita akan terasa ringan, dan lelah kita akan terbayar kan. Ga ada lagi keluh kesah, ga ada lagi marah marah dan ga ada lagi sumpah serapah. Semua diganti dengan senyum merekah dan wajah yang cerah menuju hidup penuh makna dan penuh berkah. Hari hari yang kita lalui tidak berlalu begitu saja. Kita nikmati setiap peluh keringat yang menetes sambil dzikrilloh. Kita nikmati setiap rengekan si kecil, tumpahan susu, dan remahan biskuit di hamparan karpet yang mungkin baru saja kita bersihkan. Kita hanya mengharap balasan dari Allah.
Ba happy selalu ya, Mak....😍😍
Salam satu jiwa ya,Mak..😅😍
#NLP
#INLPS
#AkuMenulis
Komentar
Posting Komentar