Ritual Pengantar Tidur



By: Yeyen Robiah

"Ibunya kak Umar ya..."

"Iya Bu guru. Ada apa ya Bu saya dipanggil ke sekolah?"

Bu guru cantik, muda,  berjilbab hijau besar serasi sekali dengan gedung sekolah ini (loh kok 😅). Ya, gimana lagi, wong disini serba hijau. Seragam bapak ibu guru hijau, cat gedungnya hijau dan tanaman tanaman di sekitar nya juga hijau. Meski terletak di tengah perkotaan, sekolah ini tampak begitu asri.  Ditambah lagi ada dua pohon perindang besar, satu di depan dekat gerbang masuk sekolah dan satu lagi di dalam komplek sekolah bagian samping, tepatnya di depan masjid yang baru saja dibangun. Selain hijau alami, kompleks gedung sekolah ini bercat hijau kombinasi putih dan kuning. Terasa adem, tenang dan damai.

"Bu, ini ada surat pengantar dari sekolah buat ibu dan kak Umar untuk ke psikolog kami, Bu Indah".

Bagai disambar petir di siang bolong, saya terkaget kaget mendengar kata psikolog. Emang Umar ada kelainan apa?

Sejenak  kulihat Umar yang baru aja masuk SD,  usianya terpaut 4 tahun dengan kakaknya yang kelas 4 SD. Badannya agak gempal, matanya sipit, dan rambut agak njegrak sedang berlari lari kecil di depan kantor guru ini. Sesekali wajahnya melongok di pintu dan matanya mencari mata ibunya untuk memastikan ibunya masih ada di dalam kantor itu. Seulas senyumku untuk Umar yang sedang melongok untuk kesekian kalinya. Senyum yang aku paksakan semanis mungkin setelah tau keadaan Umar sekarang ini. 

"Maaf ya Bu, selama KBM kak Umar tidak mau masuk kelas. Dia sudah 2 pekan ini maunya di luar mencari cari ibu. Dia sering menangis kejer kalau sedang kami putarkan film film teladan. Film film teladan itu sengaja kami putar untuk menemani anak anak istirahat siang, Bu",jelas Bu guru cantik itu sambil tersenyum manis. 

" Film film teladan yang kami setel ga ada adegan kasar Lo Bu. Misalnya nih kami setel Hapalan Sholat Delisa, Anak Durhaka dan Anak Berbakti, dan film dokumenter tentang anak anak Palestina. Tujuan kami sebagai pembelajaran kepada anak anak agar mereka rajin sholat, bersyukur dan patuh kepada orang tua". Kali ini Bu guru cantik itu terlihat lebih serius dan ada kesan meyakinkan saya. Berkali kali Bu guru cantik itu berdehem, mengernyitkan dahi dan bicara dengan semangat. 

"Tapi, ketika teman temannya Umar menikmati film film itu, kak Umar malah sembunyikan di balik meja. Dia teriak teriak untuk mematikan film itu. Saya baru mengamati, biasanya dia teriak teriak itu saat adegan film sedih, menangis, ada yang disiksa atau dibully. Nah dari situ saya dan guru pendamping, merasa kak Umar perlu penanganan khusus". Helaan nafas Bu guru cantik itu menandakan selesainya dia menjelaskan kejadian tentang Umar. 

Tak terasa aku mengingat ingat beberapa kejadian di rumah. Umar anaknya ceria, dia suka sekali naik sepeda. Tapi kalau jatuh dari sepeda dan lutut nya berdarah, dia akan nangis kejer. Kalau misal dia numpahin susu, aku baru aja melotot, dia dah mewek duluan. Mungkin ini ada hubungannya dengan rasa takutnya pada hal hal yang menyedihkan dan menakutkan di film film itu. 

"Jadi, ibu besok sama kak Umar ke Bu Indah ya Bu. Bawa surat pengantar ini. Beliau psikolog di sekolah ini. Tapi untuk kak Umar kami sarankan untuk konsultasi ke rumah Bu Indah langsung". Suara Bu guru cantik memecahkan lamunanku. Segera aku terima surat itu dan mengangguk tak lupa membalas senyum manisnya Bu guru. 

Keesokan harinya, aku dan Umar berangkat menuju rumah Bu Indah di dekat terminal Cimone waktu itu. Setelah bersapa ria, Bu Indah mengajak Umar masuk sendirian. Awalnya Umar menolak dan bersikeras untuk masuk ke ruangan itu denganku. Tapi setelah dibujuk Bu Indah, akhirnya Umar mau masuk sendirian. 

Selang beberapa menit, sayapun dipanggil masuk. Bu indah menunjukkan hasil pekerjaan Umar tadi. Ada gambar orang, kecil, yang hanya terdiri dari lingkaran dan garis garis, ada tulisan tangan Umar yang besar dan kecil dll. Saya pun banyak ditanyai tentang pola asuh selama ini. Dan ternyata banyak kesalahan pola asuh yang kulakukan selama ini. 

Mau tau bagaimana rasanya kalau salah pola asuh anak? Ah nyeseknya masih terasa sampai saat ini meski anaknya sudah kelas XI. 

Sejak itu saya berjanji untuk tidak terlalu banyak mendikte anak, salah satu kesalahan pola asuhku terhadap Umar. Saya juga tidak akan terlalu protektif, tidak terlalu panik an, histeris dll kalau anak jatuh, kepleset, kejedot dll. Hal ini adalah salah satu penyebab Umar menjadi anak penakut, traumatik, baperan dan sejenisnya itu. 

Setelah menyadari kesalahan kesalahan itu,  saya segera bertaubat untuk tidak menerapkan pada adik adiknya Umar.  Dan Bu indah memberikan banyak ilmu dan informasi tentang pola asuh anak. Salah satu solusi yang diberikan Bu Indah kepada saya adalah Hypnosleeping yang sampai saat ini masih saya praktekkan kepada adik adiknya Umar.

Sebagai seorang ibu yang ordinary, saya ga terlalu paham dengan konsep Hypnosleeping secara detil. Waktu itu saya diajarkan untuk melakukan "bisikan bisikan mesra" sebagai ritual pengantar tidur anak anak. Jadi intinya kita memasukkan atau membisikkan kata kata positif, atau kata kata yang membuat anak kita berubah. Misal anak saya penakut, maka saya akan membisikkan kata kata pemberani, hebat atau jagoan. Atau ketika anak saya itu lemah, dan atau minderan  maka saya akan membisikkan kata kata percaya diri, kuat atau hebat. Oiya, kalau mau lebih kuat lagi, sebelum benar benar pulas, kita bisa mendongeng singkat tentang hal hal yang berhubungan dengan keadaan anak kita dan perubahan yang kita inginkan. Dongengnya bisa kita buat sendiri atau buka buka google deh. Saya seringnya buat sendiri ala kadarnyanya. ☺️

Hal ini saya lakukan ketika mengantarkan anak anak tidur. Waktu itu anaknya masih 3, jadi bisa dilakukan dalam satu kamar. Namun kini anaknya dah dua kali lipatnya, maka bisikan mesra ini hanya saya terapkan ke anak anak yang dibawah 13 tahun. Yang anak anak gedenya mah kalau ada masalah enaknya diajak diskusi santai aja, hehehe....☺️

Bisikan bisikan mesra ini Alhamdulillah berhasil mengubah sifat atau keadaan anak anak saya yang negatif. Kini anak kedua saya, Umar, sejak SMP sekolahnya di Jogja. Pisah dengan ibunya yang di Bogor, yang dulu overprotektif,  yang hampir saja menjerumuskannya ke "lubang ketakutan" yang tak bertepi. Kini dia jadi remaja pemberani, mandiri, dan bertanggung jawab. Akhirnya, saya berazam,  kesalahan pola asuh saya kepadanya tidak akan saya ulangi kepada adik adiknya. Bisikan bisikan mesra yang kini menjadi ritual pengantar tidur akan  selalu saya praktekan, agar anak anak, dari alam bawah sadarnya membentuk perilaku perilaku baru yang positif menggantikan perilaku negatifnya. 

Finally, pengalaman adalah guru terbaik bagi kita. Pintar pintarlah kita mengambil hikmah dari setiap kejadian yang ada. 

Still and always, to be a happy mom ya Mak...🥰🥰

#NLP

#INLPS

#AkuMenulis

#NLPforEmakEmak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sepenggal Kisah dari Ruang IGD