Seni Bertanya Pada Anak



By: Yeyen Robiah

Seperti biasanya, setiap sore gawai ini selalu berbunyi. Sekitar pukul 5 si kembar dan Aira waktuny bermain di luar. Setelah mandi dan makan sore, mereka menghabiskan waktu untuk bermain-main di depan rumah. Dan sekitar jam 5 an itulah gawai ini selalu berbunyi. Tak lain dan tak bukan panggilan video call dari si bujang yang di Jogja sana. 

Kuangkat gawai itu dan muncullah sosok wajah remaja yang beranjak dewasa. Anak ini dulu pernah merasa insecure dengan badannya yang bulat. Namun selepas SD dan memutuskan tinggal di Jogja bersama mbah Kakung putri nya, badannya kian langsing. Langsing badannya ternyata terbentuk dari kebiasaannya naik sepeda ke sekolah setiap hari.  Wajahnya yang dulu bulat kini makin tirus. Rambutnyapun dah ada stylenya sendiri. Tapi satu yang ga berubah adalah matanya yang sipit. 

"Assalamualaikum bu..."

"Waalaikumsalam...piye Mar? Dah sehat?"

"Alhamdulillah buk, dah sehat. Dah ga batuk pilek lagi. Mbah akung dan Mbah uti juga dah sehat"

"Alhamdulillah...sek penting sehat sehat Yo Mar".

"Iyo buk.."

Selalu kalimat pembuka yang biasa aku lontarkan ke dia adalah menanyakan kabarnya dan mbahnya. Selanjutnya dia biasa menanyakan adik adiknya. Kami banyak bercerita. Namun sore itu dia menanyakan apakah ibunya ini sibuk atau ga. Nah kalau dah bertanya hal ini, biasanya dia mau curhat. 

Memiliki anak remaja yang kian beranjak dewasa adalah tantangan tersendiri bagi seorang ibu. Dia harus bisa menuntun anak remaja ini melalui masa masa" rawan". Masa masa dimana dia sedang mencari jati dirinya, memperluas pergaulan nya dan melihat dunia yang sesungguhnya. Pada masa masa ini biasanya anak remaja mengalami kebingungan dengan banyaknya perubahan. Mulai dari lingkungan, keadaan dirinya sendiri, pikiran pikiran yang muncul dll. Di masa ini juga ketertarikan dengan lawan jenis pun mulai tumbuh dan bersemi. Jadi sudah menjadi tugas utama seorang ibu dan ayahnya untuk membimbingnya agar tidak terjerumus ke hal hal yang tidak baik. 



Khusus untuk ketertarikan dengan lawan jenis kami selalu menekankan say big no untuk pacaran. Suka dengan lawan jenis itu wajar tapi kalau sampai menjalin hubungan yang terlalu dini alias pacaran itu ga boleh. Selain memang dilarang dalam Islam, pacaran itu juga ga menjamin sampai ke pelaminan. Banyak kasus sudah lama pacaran, eh ga jadi bersanding di pelaminan malah berakhir jadi tamu undangan #eh 😅

Kembali ke laptop😍

Nah bagaimana jika anak remaja kita mulai memperlihatkan beberapa masalah, misal sering uring-uringan ga jelas, susah diatur, melawan, dll? Cara yang pas adalah dengan mengajaknya bicara alias ngobrol santai. 

Dalam sesi ngobrol dengan anak, kita bisa Lo membantu anak kita yang bermasalah itu menemukan jawabannya sendiri atas masalahnya. Mengapa harus menemukan sendiri solusinya? Ya, karena anak remaja itu paling ga suka dengan metode ceramah, khutbah, apalagi nasehat dengan cara ngebawelin mereka. Anak remaja ga suka digurui, ga suka didoktrin, ga suka diarahkan apalagi dipaksa menuruti nasehat kita. Nah disinilah kita bantu mereka dengan cara ngobrol santai sambil memberikan pertanyaan pertanyaan yang memberdayakan mereka yaitu mengarahkan mereka ke solusinya bukan pertanyaan pertanyaan yang memperdayakan mereka. 

Seni bertanya yang memberdayakan ini  dibahas dalam buku Self Choaching nya coach Darmawan Aji. Dalam buku itu dijelaskan bahwa setiap orang sebenarnya sudah  memiliki jawaban atas segala masalah atau tantangan yang  dialaminya. Jawaban itu sudah ada dalam diri kita, hanya tinggal menunggu kita gali dan kita temukan. Caranya adalah dengan bertanya. Nah, bagaimana cara membuat pertanyaan yang bisa menggali jawaban jawaban dari dalam diri kita. Yuk simak disini.

1. Membuat pertanyaan terbuka bukan tertutup. 

Yang dimaksud pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang membuka pemikiran kita. Pertanyaan yang mendorong kita berpikir lebih dalam dan lebih luas. Kebalikannya adalah pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan yang jawabannya adalah hasil dari mengingat atau memilih jawaban. 

Untuk dipraktekkan ke anak anak kita, kita bisa membuat pertanyaan seperti:

- Katanya masalahnya rumit, coba rumitnya seperti apa?

- Trus, menurut kakak, sebaiknya bagaimana?

- Nah, kalau dah begitu, enaknya diapain? Kenapa?Kok bisa? 

Dll

Ini hanya beberapa contoh saja, kita bisa buat kalimat tanya lainnya sesuai dengan situasi dan kondisi. Yang penting, pointnya adalah pertanyaannya itu membuat anak kita merenung, berpikir dalam, menganalisa dll. Biasanya kata tanya yang digunakan adalah mengapa atau kenapa dan bagaimana.

Oiya, pertanyaan tertutup yang jawabannya ya atau tidak atau jawaban hasil mengingat, seperti apakah, kapan, dimana dll juga bisa digunakan Lo. Biasanya model pertanyaan tertutup ini digunakan untuk konfirmasi ataupun menguatkan prinsip atau konsep diri. 

2. Pertanyaan fokus pada solusi atau bukan pada masalahnya

Artinya bahwa pertanyaan yang kita ajukan itu mendekatkan anak kita untuk menemukan solusinya bukan mengkonfirmasi lagi masalah nya atau memojokkan dia dan masalahnya. 

Misalnya nih,

- Masalah nya anak otu sering bangun kesiangan. Pertanyaan nya bisa, "nah biar ga kesiangan lagi apa yang akan kamu lakukan?"

3. Pertanyaan fokus pada potensi kekuatan bukan pada kelemahan

Artinya setiap orang punya kekuatanan dan kelemahan, nah agar lebih memberdayakan, fokuslah bertanya pada sisi kekuatan bukan pada kelemahannya.

Misal anak punya masalah nilainya turun. Kita ngajak ngobrolnya dengan bertanya, " Kakak tuh pinter ngegambarkan ya, di matematika juga banyak yang harus gambar gambar Lo, mengapa kakak ga coba pelajari bangun ruang dulu? ". 

Jujur untuk membuat pertanyaan yang memberdayakan ini gampang gampang susah. Benar benar harus sadar dan tahu ilmu linguistiknya sehingga pertanyaan yang kita ajukan benar benar memberdayakan. Cara paling mudah adalah dengan berlatih dan belajar.  Berlatih pada diri sendiri ketika kita memiliki masalah, lalu kita coba selesaikan masalah kita ini dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan pada diri sendiri. Tanya sendiri, jawab sendiri dan langsung praktek kan sendiri. 

Akhirnya, setelah kita tahu 3 konsep membuat pertanyaan yang memberdayakan, yang dapat membantu seseorang menemukan jawaban atas masalah sendiri, dimana dengan 3 konsep ini kita diajak untuk berpikir dalam dan luas, merenung, muhasabah diri dan berpikir kreatif, maka kita dapat mempraktekkan nya untuk membantu menggali solusi pada anak anak kita. Tetapi perlu diingat ketika kita ngobrol bareng anak-anak kita, tetap diperhatikan untuk berkomunikasi dengan tepat, sesuai konteks, menjalin hubungan yang dekat dan pastinya didasari dengan cinta kasih sayang yang tulus. Tanpa menghakimi, tanpa menggurui tapi tetap tegas dan penuh kasih sayang.

Sehat selalu Yo Mak 🥰

#INLPS

#NLP

#AkuMenulis

#NLPforEmakEmak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sepenggal Kisah dari Ruang IGD