Menjadi Ibu Juara
By: Yeyen Robiah
Akhir akhir ini terdengar kabar bahagia dari Tokyo Jepang tempat berlangsungnya olimpiade 2020. Tanpa dinyana tanpa diduga, pebulutangkis ganda putri kita akhirnya mendapatkan medali emas untuk pertama kalinya. Dua srikandi itu adalah Greysia Polli dan Apriyani Rahayu. Keduanya mengaku masih belum percaya bahwa mereka mendapatkan medali emas. Rasa bahagia, haru dan bangga bercampur menjadi satu, apalagi ketika lagu Indonesia Raya berkumandang di arena Olimpiade Jepang 2020.
Melihat permainan asik dan cantik kedua srikandi kita ini saya jadi teringat sebuah tulisan yang ada di buku Self Coaching nya coach Darmawan Aji yaitu tentang inner game dan outer game yang diperkenalkan oleh Timothy Gallwey.
Tim Gallwey adalah seorang tennis coach yang mengamati permainan atletnya. Dia melihat dimana di satu waktu, atletnya itu mampu bermain dengan baik, namun di waktu lain dia bermain sangat buruk. Mengapa hal ini bisa terjadi? Padahal kualitas skill yang mereka miliki sama. Ternyata setelah diamati bahwa skill para atletnya itu hanya ibarat sebagai pintu masuk saja, sedangkan kemampuan mengelola apa yang ada dalam dirinya ketika bertanding itulah yang menjadikan performanya maksimal.
Apa yang sedang terjadi dalam diri seorang atlet ini disebut inner game, sedangkan apa yang dia kuasai tentang permainannya, atau skillnya itu yang disebut outer game. Outer game itu bisa berupa bagaimana dia mengayunkan raket dengan benar, bagaimana dia melakukan smash yang mematikan dan lain sebagainya. Outer game tidak akan mencapai puncaknya atau tidak akan keluar secara maksimal jika dia tidak memainkan inner gamenya dengan baik. Inner gamenya ini bisa berupa bagaimana dia mengelola emosi, mengelola kecemasan, meningkatkan kepercayaan diri, fokus dan tenang dalam menghadapi lawannya. Jika outer game dan inner game dapat selaras artinya pengusaannya baik keduanya, maka dipastikan dia akan mampu mengeluakan kemampuannya secara maksimal sehingga performanya memuncak.
Namun faktanya sering kita temui adanya ketidakselarasan antara inner game dan outer game. Biasanya ini digambarkan seseorang merasa bingung atau malah tidak tahu apa yang semestinya dilakukann pada kondisi tertentu. Secara skill dia menguasai tapi inner gamenya terlalu banyak interfensi sehingga terjadilah ketidakselarasan, kebingungan sehingga sering kita lihat kejadian ngeblank, ngehang bahkan depresi. Biasanya hal ini ditandai dengan seringnya membuat kesalahan kesalahn kecil namun fatal dalam sebuah pertandingan, kalau dalam bulu tangkis seperti seringnya bola itu out, atau smash yang tidak sampai.
Permainan inner game dan outer game ini tidak hanya terjadi dalam bidang olahraga saja tetapi bisa juga terjadi di segala bidang kehidupan kita, seperti ketika kita belajar, menulis, melukis, bekerja, berpidato dll. Apakah bisa juga terjadi pada seseorang yang "berprofesi" sebagai ibu rumah tangga? Tentu saja bisa ya.
Menjadi ibu rumah tangga itu dituntut memiliki outer game berupa pengetahuan tata laksana kerumahtanggan, seperti memasak, mencuci, menyapu, menyetrika, mendidik anak, melayani suami, mengatur keuangan, dll. Outer gamenya secara kongkrit adalah bisa berupa pengetahuan tentang segala macam resep masakan, metode mencuci yang bersih, pengetahuan yang luas untuk mengajari anak, seni berkomunikasi dengan anak dan suami ataupun manajemen keuangan keluarga. Namun kemampuan yang dia miliki ini tidak akan muncul atau menghasilkan sesuatu yang maksimal jika tidak didukung inner gamenya yang bagus. Inner gamenya seorang ibu itu bisa berupa bagaimana dia bersyukur, tenang, tidak panikan, pandai mengelola amarah, sabar, fokus pada tujuan utama berumah tangga, konsisten dengan kebaikan, dan selalu ceria. Intinya inner gamenya seorang ibu adalah dia pandai mengelola tindakannya, perasaannya dan pikirannya dalam melaksanakan tugasnya sebagai ibu.
Sering kita dapati beberapa ibu dengan titel sarjana, kaya, pintar masak ataupun selalu suka beberes rumah sehingga rumahnya rapi, bersih dan apik, namun ternyata dia malah mengalami depresi ringan hingga berat. Kehidupannya secara materi berhasil namun dia masih sering mengeluh, jadi pendiam, pemarah bahkan ada yang terjerumus pada penyalahgunaan narkoba. Dia mampu mengerjakan pekerjaan rumah dan mengelola keuangan dengan baik namun hatinya kering, jiwa rapuh, bahkan hari harinya terasa begitu membosankan.
Inilah salah satu contoh inner game dalam dirinya tidak selaras dengan outer game yang dia miliki. Diperlukan keseimbangan, keselarasn dan kolaborasi antara inner game dan outer game dalam menjalani "profesinya" menjadi seorang istri sekaligus ibu rumah tangga.
Adanya keseimbangan, keselarasan dan kolaborasi cantik antara inner game dan outer game seorang ibu dapat menghasilkan pengalaman hidup yang lebih bermakna dan berkualitas. Dia mampu menjalani hidupnya dengan penuh syukur, bahagia dan tenang, meski banyak sekali tanggungjawab pekerjaan yang harus dia selesaikan. Hidupnya akan mengalir dengan indah mengikuti arus tapi tidak terhanyut. Dia tahu kapan harus terus mengalir bebas dan tahu kapan harus menahan sebentar arus yang datang. Dia mampu mengendalikan apa apa yang ada dalam kendalinya dengan baik, mampu berdamai dengan dirinya tetapi juga mampu mengoptimalkan kemampuannya secara nyata. Jadi kehidupannya dipenuhi suka cita baik lahir maupun batin. Dia begitu menikmati hidupnya yang berkualitas.
Itulah gambaran tentang perlunya penguasaan inner game dan outer game secara selaras agar hidup kita lebih bermakna, berkualitas dan bahagia. Dengan penguasaan dan keselarasan keduanya ini Insyaallah kita, ibu ibu rumah tangga akan menjadi juara yang akan naik podium untuk mengecap kebahagian dunia akhirat. Aamiin....
So, be happy, be grateful, be patience and also be smart mother.
Siap kan Mak????😍😍❤❤
#NLP
#INLPS
#NLPforEmakEmak
Komentar
Posting Komentar