Belajar dari Daun Pepaya
By: Yeyen Robiah
Siapa yang tak kenal dengan daun pepaya, salah satu daun yang bisa dan biasa dibuat makanan dan obat obatan. Warnanya yang hijau, dengan teksturnya yang agak kasar dan rasanya yang pahit. Rasanya yang pahit ini lah yang kadang membuat beberapa orang tidak terlalu suka dengan daun pepaya. Namun ternyata setelah diolah sedemikian rupa, daun pepaya yang tadinya pahit itu bisa terasa enak dan lezat. Apalagi kalau sudah ditumis dengan dicampur teri atau udang rebon dengan irisan cabe setan yang banyak. Wah bakal habis nasi sebakul. hehehe….😋😂
Tumis daun pepaya sekarang ini ada yang benar benar tidak terasa pahitnya, namun ada sebagian orang yang masih suka dengan sedikit sensasi pahitnya. Namun intinya, kini daun pepaya yang pahit itu bisa hilang rasa pahitnya dan menjadi sangat nikmat. Ternyata kuncinya adalah di cara pengolahannya. Dari beberapa sumber, dapat kita ketahui bahwa untuk menghilangkan rasa pahit daun pepaya itu bisa dengan beberapa cara yaitu bisa dengan direndam dengan garam dapur, direbus bersamaan dengan beberapa daun jambu biji, direbus dengan asam jawa dll. Dengan beberapa metode pengolahan itu diyakini dan sudah dibuktikan bahwa rasa pahit daun pepaya akan berkurang bahkan hilang.
Setelah kita tahu cara pengolahan agar daun pepaya tidak pahit, selanjutnya daun pepaya ini siap kita olah menjadi masakan yang nikmat, yaitu tumis daun pepaya. Tumis daun pepaya ini terasa begitu nikmat apalagi dimakan dengan nasi yang masih panas, dengan campuran teri medan ataupun udang rebon. Dimakan saat hangat ataupun panas dengan rasa pedas yang mantap memungkinkan kita akan sering menambah porsi nasinya. Tambah, tambah dan tambah lagi. Kata orang tua mah, mertua lewat juga ga bakal lihat kalau lagi makan tumis daun pepaya hot ini (ya iya lah ga lihat, wong mertuanya lewat pintu belakang..hehehe😂😂).
Setelah diamati dan direnungi, ternyata kita bisa mendapatkan pembelajaran hidup dari tumis daun pepaya ini.
Daun pepaya itu ibarat masalah yang ada dalam kehidupan kita. Rasanya pahit dan kasar. Namun ketika kita dianugerahi otak untuk berpikir, akhirnya kita olah daun pepaya yang pahit itu menjadi tumis daun pepaya yang sangat nikmat. Sama artinya ketika kita menghadapi suatu masalah atau pengalaman hidup yang kasar atau menyakitkan dan atau yang pahit, yang membuat kita ingin lari darinya, namun ketika kita dapat mengelola “masalah” itu, maka kita akan mendapatkan suatu pembelajaran hidup yang positif dan malah akan menjadikan kita sukses dalam bidang tertentu.
Ketika masalah itu datang, biasanya kita akan merasa sedih, kecewa, benci, marah, ataupun kesal alias mangkel. Rasa yang muncul itu wajar adanya sebagai respon terhadap sesuatu yang membuat kita tidak nyaman. Tapi apakah kita mau tetap dihinggapi perasaan itu seterusnya? Apakah masalahnya akan selesai? Yang ada masalah tidak akan selesai dengan dengan kita mengeluh, menangis, marah ataupun membenci.
Dalam ilmu NLP kita belajar tentang bagaimana kita mengelola perilaku, perasaan dan pikiran kita. Perilaku kita itu tercipta dari adanya sebuah perasaan tertentu, sedangkan perasaan tertentu itu merupakan hasil dari olah pikiran kita. Misal perilaku putus asa karena membenci dan mendendam seseorang, itu merupakan hasil dari perasaan marah dan benci kita pada seseorang. Sedangkan rasa marah dan benci itu berasal dari apa yang kita pikirkan tentang apa yang sudah orang itu perbuat pada kita. Pengalaman pahit tentang suatu kejadian dengan seseorang itu layaknya seperti film yang dapat kita lihat, kita dengar dan kita rasakan sensasinya setiap saat. Kita ingat betul dia ngapain kita atau dia ngomong apa tentang kita. Ekspresi wajahnya, sorot matanya, suaranya, bahkan mungkin gerakan tangannya yang melukai badan kita, masih kita lihat, kita dengar dan kita rasakan. Semua kejadian ini berlangsung dalam pikiran kita. Dan “film” yang ada dalam pikiran kita ini lah yang menimbulkan perasaan benci dan marah. Lalu rasa marah dan benci itulah yang menyebabkan kita putus asa ataupun menyerah. Layaknya daun pepaya tadi, yang kasar dan pahit rasanya.
Lalu bagaimana agar “daun pepaya” yang pahit tadi atau pengalaman yang pahit tadi tidak merusak hidup kita selanjutnya? Bahkan kalau bisa pengalaman pahit itu malah menjadikan kita orang yang lebih beruntung atau sukses? Kuncinya adalah dalam “pengolahannya”. Mari kita olah daun pepaya itu agar berkurang atau tidak pahit lagi, dan kita jadikan daun pepaya pahit itu makan lezat yang bisa kita santap dan memiliki manfaat yang menyehatkan badan kita.
Dari penjelasan di atas kita tahu bahwa semua berawal dari pikiran kita. Maka cobalah kita otak atik pikiran kita dengan melakukan beberapa latihan ringan ala NLP. Dalam NLP kita akan dilatih dengan menggunakan submodality. Bagaimanakah caranya? Yuk simak bersama.
Disini saya tidak akan menjelaskan secara teori dan step by stepnya secara detil karena pasti nantinya akan panjang kali lebar kali tinggi, hehhee.... So, saya akan jelaskan secara singkatnya saja. Oke ya? 😍. Mulai ya...
Coba hadirkan pengalaman yang tidak mengenakkan tadi dalam pikiran kita. Pengalaman itu bisa berupa gambar ataupun film. Ketika menghadirkan gambar atau film itu, maka akan muncul perasaan tertentu. Nah, ukur intensitas perasaan yang hadir. Lalu coba gerak gerakkan gambar atau film itu sesuka kita. Bisa kita jauh dekatkan posisinya dari kepala kita, bisa kita besar kecilkan ukurannya, bisa kita geser kanan kiri depan belakang letaknya, bisa kita perlambat atau percepat tempo suaranya, bisa kita keras kan atau kecilkan suaranya, ataupun bisa kita atur bingkai atau panoramanya. Lakukan secara perlahan dan tenang. Tidak usah terburu buru. Latihan dasar dan ringan seperti ini akan menaikkan ataupun menurunkan intensitas rasa yang kita inginkan. Bisa naik ataupun bisa turun. Olah sedemikian rupa agar intensitas rasanya sesuai yang kita inginkan, kalau mau turun, olah sampai turun perlahan lahan, hingga akhirnya hilang dan kita lupakan. Lakukan latihan ini sesuai kebutuhan kita dan rasakan sensasi perubahannya.
Dari latihan “pengolahan” pikiran ini, pengalaman pahit atau tidak mengenakkan itu bisa tidak terasa pahit lagi dan kita terbebas dari rasa benci, kecewa ataupun marah dan rasa rasa negatif yang lainnya yang hanya akan merusak hari hari kita yang sangat berharga. Olah terus dan terus sehingga pengalaman pahit itu akan terasa lezat dan malah mengantarkan kita kepada suatu kesuksesan. Tak jarang kan ada orang yang dulunya punya pengalaman pahit malah jadi sukses? Pernah dihina hina tetapi berkat hinaan itu dia malah terlecut untuk membalas hinaan itu dengan kemuliaan yang dia dapat. Pernah dihina miskin, akhirnya dia bisa menjadi crazy rich people, pernah dihina bodoh, dia malah menjadi ilmuwan melegenda, dan kisah lainnya. Itulah hasil dari “pengolahan” yang tepat.
Finally, I just want to say that hidup kita, kita sendirilah yang punya dan bertanggung jawab atasnya, jadi jangan serahkan remote kehidupan kita pada orang lain. Peganglah remote kita sendiri dan arahkan remote itu ke hal hal yang memberdayakan kita. Sehingga kita benar benar menjadi orang yang bermanfaat dan memiliki hidup yang produktif dan berkualitas.
Siap kan pegang remote kita sendiri??
Aku termasuk suka daun pepaya, pare, ATO sayuran pahit yg lain. Mungkin Krn udah dibiasain Ama mama sejak kecil. Justru pare ATO daun pepaya yg ga pahit, rasanya biasa aja, lebih sedap kalo pahitnya masih ada. ;)
BalasHapusBener juga ya mba, daun pepaya pahit ini bisa dijadiin ibarat hidup kita. Terkadang rasa pahit dibutuhkan utk menempa kita jadi lebih kuat. Lidah kalo sering diksh makanan pahit, lama2 akan terbiasa. Pahitnya jadi berkurang, ATO kitanya aja yg udah bisa menikmati pahit tersebut.
Sama kayak hidup Yaa. Sering dikasih cobaan pahit, lama2 manusia yg kuat akan semakin biasa dan menganggab itu hanya ujian kecil. Pikiran biasanya jadi lebih gampang untuk mencari solusi jika cobaan itu kita anggab biasa. :)
Mau pahit atau manisnya kehidupan kita itu kayanya tergantung respon kita terhadap masalah yang ada ya mba. Kalau masalah itu kita respon dg positif thinking, ya enak aja, sebaliknya kalau masalah itu kita respon dg negatif thinking, ya jadinya ga enak. Mau bagaimana respon kita, kita lah yang mengendalikannya, kita yang mengelolanya. Selama masih dalam kendali kita, kita bisa memandang masalah kehidupan ini dengan bijaksana.
Hapus