Mendidik "Apa Adanya"





Dulu saya adalah seorang ibu yang mendidik anak apa adanya. Saya hanya berpikir, biarlah anak tumbuh kembang dengan sendirinya, toh nanti mereka juga bisa ini itu. sendiri. Mendidik dan membersamai mereka tanpa ilmu yang update, tanpa stimulan yang sesuai dengan usianya, tanpa monitoring dan evaluasi berkala. Why? Ya, karena mindset saya masih menganggap anak anak akan tumbuh kembang dengan sendirinya itu tadi. Perkara dia belum bisa ini itu, saya biasanya pakai dalil, setiap anak kan beda beda, ya wajar kalau belum bisa ini itu di usianya yang seharusnya sudah bisa ini itu. Pikir saya, nanti lama lama juga bisa sendiri. Namun seiring berjalannya waktu, akhirnya saya mendapati anak anak saya tumbuh dengan karakter yang berbeda beda namun ada satu kesamaan yaitu tumbuh kembang mereka kurang maksimal. Saya melihat seharusnya anak anak saya di usia tertentu sudah bisa begini begitu, tetapi kenyataanya mereka belum bisa. Lantas apakah saya sedih? Menyesal? Putus asa? 


Sedih, menyesal dan hampir putus asa dengan menyalahkan diri sendiri itu pasti ada. Tapi kemudian saya berpikir bahwa hal itu wajar saja karena saya hanyalah seorang ibu,  manusia biasa yang jauh dari kata sempurna. Ya, saya terima dan sadari rasa sedih dan menyesal tadi lalu mencoba memaafkan diri sendiri dan mencoba menemukan hal hal positif yang dapat saya ambil hikmahnya. Saya berpikir, tidak ada kata terlambat untuk bangkit kembali menyiapkan jiwa dan raga untuk mendidik 6 amanah dari Allah lebih baik lagi. 


Ya, saya telah berdamai dengan diri sendiri dengan tidak terlalu menyalahkan yang sudah berlalu. Saya mulai menggandeng dan merangkul anak anak saya yang no 1,2 dan 3 yang notabene sudah baligh dan beranjak dewasa. Ketiganya adalah "korban" pendidikan "apa adanya" seorang ibu yang khilaf ini. Meminta maaf kepada mereka dan berjanji siap menemani mereka dalam mengarungi kehidupan ini lebih baik lagi. Meski dengan tergopoh gopoh mengejar banyaknya kekurangan saya dalam mendidik mereka, saya selalu berusaha memberikan yang terbaik sesuai dengan usia mereka kini. 


Benarlah apa kata pepatah bahwa pengalaman adalah guru terbaik dalam kehidupan ini, dengan catatan, kalau kita sadar ya, hehe...kalau ga sadar, ya, pengalaman itu berlalu begitu saja tanpa meninggalkan kesan dan hikmah yang dapat kita petik. Pengalaman mendidik kakak kakaknya Aira dan si kembar yang dididik "apa adanya" tidak akan terulang kembali pada Aira dan si kembar.


Sebagai salah satu  langkah untuk bangkit dari kesalahan masa lalu, beberapa bulan terakhir ini saya mulai belajar lagi ilmu tumbuh kembang anak, psikologi anak, pendidikan anak, ilmu bahasa, komunikasi, ilmu NLP dll. Saya baru menyadari betapa kurang bersyukurnya saya dengan segala fasilitas hidup yang serba mudah sekarang ini. Kita bisa mendapatkan ilmu apa saja di chanel chanel youtube, artikel artikel, atau jurnal jurnal yang dikupas oleh ahlinya, dan ada juga  komunitas komunitas positif yang banyak memberi manfaat pada membernya. Dan yang sangat berperan penting dalam move on nya saya adalah kelas atau program program dalam komunitas NLP di INLPS. Dari para coach hebat  saya banyak belajar tentang teori , konsep,  teknik,  logika, dan praktek praktek ilmu yang luar biasa. Belajar management waktu, management emosi, management pikiran, berkomunikasi, mengolah bahasa dll. 


Yup, kini saya sedang menikmati masa masa seperti menjadi mahasiswi dan guru beberapa tahun yang lalu. Membuat catatan,  lembaran visi misi, target goals, kurikulum sederhana, rencana kegiatan belajar bulanan dan pekanan, habit tracker, dll. Lembaran lembaran ini  saya buat sesederhana mungkin agar mudah melaksanakannya. Saya berharap dengan merencanakan dan memperhatikan pendidikan anak anak saya sedini mungkin, mereka dapat tumbuh kembang sesuai dengan usia, kemampuan dan karakternya masing masing. Semoga kebiasaan baru ini bisa berjalan dengan baik, konsisten dan menunjukkan hasil yang baik pula. Insyaallah, saya siap menemani anak anak belajar dan bertumbuh bersama menjadi manusia manusia yang berkualitas, produktif , sehat jiwa dan raga. Aamiin...


Semangat buat emak emak pembelajar yang hebat. Semoga sehat selalu ya Mak...😍😍


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sepenggal Kisah dari Ruang IGD