Membangunkan Otak





By: Yeyen Robiah




Tahun ajaran baru kali ini berbeda dengan tahun ajaran kemarin. Meski masih pandemi, sekolah baru Ayyasy, anak saya nomor tiga sudah memberanikan diri untuk pembelajaran tatap muka. Karena masih masa percobaan, sepekan hanya masuk tiga hari. Kebijakan ini membuat saya merasa antara senang dan khawatir juga. Pasalnya pandemi belum benar benar berakhir , ini yang membuat saya khawatir, sedangkan senangnya, pembelajaran offline membuat anak saya lebih semangat belajar. Ya tahu sendirikan ya bu ibu, pembelajaran online itu tak senikmat pembelajaran offline. Anak anak hanya disuguhi link youtube, share screen dan modul online. Semua berbasis laptop atau hp. Dan seringnya ini dijadikan kesempatan anak anak itu bermain game. 



Setelah pembelajaran offline berjalan beberapa pekan terlihat perubahan yang signifikan dalam gaya belajar Ayyasy. Buku catatan mulai terisi dengan materi materi pelajaran dan soal soal PR di LKS juga mulai antri untuk dikerjakan. Ayyasy yang tadinya jika mengerjakan tugas selalu buka mbah google, kini mulai membuka buku catatan dan buku pelajaran manual. Dia harus rajin rajin membaca dan merangkum materi yang kebanyakan berupa deskripsi panjang. Hal inilah yang membuat dia sering mengeluh karena harus mencari jawaban dengan cara membaca, memahami dan menyimpulkan materi sendiri. Dia mengeluh pusing dan susah kalau disuruh membaca dulu materinya. 



Keluhan ayyasy ini saya tangkap dan saya maklumi karena selama dua tahun kemarin dia jarang bersentuhan dengan buku pelajaran manual. Melihat masalah ini saya segera turun tangan membantunya. Saya temani dia ketika belajar dan saya ajak ngobrol dari hati ke hati.



Setelah ngalor ngidul kita ngobrol sebagai pembukaan, saya akhirnya mulai menggali masalah yang dia alami. 



"Ayyasy kenapa kalau lagi pusing pegang kepala", tanya saya pelan.


" Kan otakku yang pusing,bu" , jawabnya dengan singkat.


"Oh gitu. Jadi otak yang ada di kepala kamu pusing ya?"


"Iya, Bu".


"Sudah pernah diajak ngobrol belum otaknya?"


"Hah, memang otak bisa ngomong bu? Otak kan benda mati", jawabnya agak terkejut.


"Siapa bilang otak itu benda mati. Dia hidup kok. Nyatanya dia bisa bikin kamu pusing kalau kamu lagi mikirin PR, tapi kadang dia ga bikin pusing dan bisa berpikir cepat pas kamu atur strategi ketika main game", jawab saya dengan tempo pelan. Berharap Ayyasy bisa mencerna kalimat saya. 



"Otak dan tubuh kita itu satu kesatuan. Otak lah yang menjadi pusat semua gerakan kita. Dia yang menyuruh kamu harus begini, kamu melihat itu, kamu merasakan ini dan sebagainya. Jadi ketika kamu buntu ga nemu jawaban PR kamu, itu otaknya lagi ga mau mikir. Dia lagi tidur kali". 



Kulihat Ayyasy diam saja. Matanya bergerak ke kanan, ke kiri, kadang ke bawah. Mimik wajahnya berubah ubah. Mengernyitkan dahi, melotot dan akhirnya tersenyum. 



"Iya ya bu, waktu aku main game, otakku ikut main dan dia lagi bangun jadi dia ikut mikir. Nah kalau lagi ngerjain PR gini dia diam saja. Tidur kali ya?"



Saya mengangguk pelan.



"Jadu gimana biar otaknya ikut mikir PR kamu?"



"Aku harus bangunin bu otaknya. Tapi caranya gimana?"



Lalu aku bercerita sedikit tentang struktur otak secara sederhana, bagaimana dia menerima informasi dari luar lalu akhirnya menyampaikan informasi itu ke anggota tubuh lainnya seperti mata, telinga, tangan, kaki bahkan ke hati. Lalu dia akhirnya bisa dengan yakin bahwa otaknya bisa diajak bicara dan tentu saja bisa dia bangunkan ketika dia sedang ngerjain PR. Caranya bagaimana?



"Coba sebelum belajar kamu berdoa dulu dengan khusyuk, minta tambahan ilmu dan diberi pemahaman. Trus belajarnya sambil duduk, jangan sambil rebahan gitu. Nanti otaknya ikut rebahan. Kamu kalau nge-game duduk kan. Jadi otaknya juga ikut duduk dan siap. "



"Mmm...iya iya. "



"Selanjutnya, coba bangunkan otaknya untuk ikut belajar sama kamu. Tepuk pelan pelan kepala kamu sambil bilang, "Hei otak, bangun yuk". Coba sekarang bangunkan otaknya dengan cara tadi."



"Oh banguninnya kaya ibu bangunin aku ya? Digoyang goyang, ditepuk tepuk kalau ga bangun bangun dicubit, hahahaha…"



Saya nelen ludah deh melihat ekspresinya niruin gaya saya  pas bangunin dia. 



"Iya iya deh kaya gitu. Jangan lupa kamu ajak ngobrol juga ya. Misal kamu suruh dia konsentrasi gitu", jawab saya agak kesel karena dia masih tertawa niruin gaya saya pas bangunin dia tidur. 



"Oke bu, aku coba ya". 



Selang beberapa menit dia masih mengeluh cari jawaban PR nya. Saya bilang ke dia untuk pelan pelan bacanya, yang teliti. Otaknya masih pemanasan kali. 



Latihan membangunkan otak bagi Ayyasy itu jadi semangat tersendiri buat dia. Setiap mau belajar dia praktekkan. Katanya kalau di sekolah dia juga sering bangunin otaknya untuk ikut memperhatikan bu gurunya. Tapi kata dia, dia tepuk tepuk otaknya pelan pelan banget dan ngomongnya dalam hati karena malu dan ntar dikira orang gimana gitu😅, ngomong sendiri. Hahaha.., saya tertawa pelan dan memberi jempol, sip sip, lanjutkan le. 



Kini setiap saya lewat kamarnya Ayyasy ketika waktunya belajar, dia sudah siap dengan duduk tegak, khusyu dan beberapa kali menepuk nepuk keningnya. Walaupun demikian, dia masih belum benar benar mandiri belajarnya. Its oke, yang penting sudah ada kesadaran untuk belajar lagi dengan "membangunkan otaknya" yang telah lama tidur. 



Finally, saya sadar bahwa  tugas saya masih panjang dan berliku. Masih ada dua kakaknya Ayyasy dan tiga adiknya yang juga harus saya perhatikan, saya didik dan saya bimbing. Saya berharap semua proses ini dapat dilalui dengan hati yang gembira, bahagia dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Begitu juga dengan ibu ibu semua ya Bu. Kita juga harus siap "membangunkan otak" kita untuk terus belajar menjadi ibu ibu yang pintar, cerdas, dan sehat lahir dan batin. Semangat ya buat kita !!


Komentar

  1. Maasya Allah..terima kasih Mba Yeyen atas sharing cerita²nya yg selalu inspiratif, kreatif dan bikin senyum².. Sukaak deh.. Sehat² teruus ya Mba dan semoga Allah mudahkan tugas kita semua dalam mendidik, membimbing dan membersamai ananda²..💝

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, semoga bermanfaat ya bu perjalanan lika liku saya bersama anak anak saya ini. Masih banyak yang harus diperbaiki, bismillah, belajar sambil menikmati setiap prosesnya. Sehat sehat selalu buat kita semua ya bun. Aamiin🙏

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sepenggal Kisah dari Ruang IGD

Jangan "Pekewuh" Dengan Anak Sendiri