Hati Hati, 3 Hal Ini Bisa Memunculkan Benih Dendam pada Anak Anak Kita ( part 3 )
Setelah membahas 2 perilaku negatif dalam pola asuh anak, kini saatnya kita masuk ke point ketiga. Sebenarnya masih banyak perilaku negatif dalam pola asuh anak yang menyebabkan anak anak menjadi tak berdaya, bermusuhan dengan saudaranya atau bahkan menjadi traumatik,namun kali ini kita membatasi 3 hal saja.
3. Membanding bandingkan antara kakak dan adik
Pernah ga, ketika orang tua melihat salah satu anak yang prestasi belajarnya kurang baik, yang perilakunya kurang baik atau bahkan yang kamarnya kurang rapi, secara spontan orang tua lalu membandingkannya dengan saudaranya, kakak atau adiknya?
"Coba tuh lihat adik kamu, rajin belajarnya. Gak kaya kamu bisanya cuma main terus".
"Nih kamar kakakmu rapi kan? Beda banget ama kamar kamu dek, mainan dan buku dimana mana".
"Ibu kan dah bilang, coba contoh itu adik kamu, ga pernah nglawan apalagi ngebantah".
"Yang rajin mandi dong Dek, kaya kakakmu itu. Kan enak dilihatnya".
Dan ungkapan ungkapan lainnya yang mungkin tanpa sengaja orang tua lontarkan pada anak anaknya.
Kalau ditanya, para orang tua yang kadang melakukan hal ini, mereka ga ada maksud untuk ngebanding bandingin. Mereka akan bilang kalau hal itu dilakukan demi kebaikan anak anaknya juga agar mereka meniru yang baik dan untuk memotivasi mereka agar seperti yang baik baik tadi.
Memang sih kalau ditanya niatnya ga ada yang salah karena semua diniatkan untuk kebaikan anak anaknya yaitu agar mereka meniru hal hal yang baik. Namun kita tahu bahwa niat yang baik jika dilakukan dengan cara yang salah maka hasilnya kurang baik.
Misalnya saja nih, Robin Hood, sang penolong kaum miskin, ingatkan? Dia memiliki niat yang baik yaitu menolong orang orang miskin. Tapi kita semua tahu cara mendapatkan harta yang dibagi bagikan ke orang miskin itu dengan cara mencuri. Mau sebaik apapun niatnya kalau caranya salah ya tetap kurang baik. Kebaikan itu tidak bisa dicampur adukkan dengan kebatilan. Ibaratnya segelas susu jika dicampur setetes air comberan, maka susu itu kotor dan ga bakalan ada yang mau untuk meminumnya.
Kembali lagi ke sikap orang tua yang sering membanding bandingkan anaknya dengan anak yang lainnya, meski tujuannya benar tapi kalau caranya salah, bukan kebaikan yang didapat malah akan mendapatkan kebalikannya.
Membandingkan anak satu dengan yang lainnya itu ibarat membandingkan matahari dan bulan. Mereka sama sama bersinar namun beda waktu dan kuatnya sinar, namun mereka sama sama memiliki manfaat bagi kita semua.
Kita tahu ya bahwa masing masing anak adalah seorang pribadi yang utuh dengan segala kelebihan dan keunikannya. Mereka tidak akan sama persis satu dengan yang lainnya. Si sulung mungkin tidak begitu peka dengan kerapian kamarnya, tapi dia paling rajin belajarnya. Si tengah mungkin tidak begitu rajin belajarnya tetapi peka terhadap kebersihan lingkungan. Dan si bungsu mungkin kurang peka terhadap kebersihan lingkungannya, kurang rajin belajar tapi dia jago main bola. Nah dari sini kita sebenarnya sudah diberi tanda tentang kecerdasan apa yang dominan pada masing masing anak. Maka tentu saja , penanganan dan cara pendekatan kepada mereka pun berbeda.
So, mulai sekarang, mari stop membanding bandingkan anak anak kita satu sama lain.
Lalu bagaimana cara yang efektif agar mereka meniru atau meneladani hal hal yang baik dari saudaranya? Tentu saja tidak dengan membanding bandingkan ya bun. Yuk coba beberapa tips berikut ini.
1). Apresiasi dan mengakui kelebihan anak
Misal, ketika orang tua ingin menasehati anaknya yang kamarnya kurang rapi tapi dia anak yang rajin belajar, maka langkah awalnya adalah dengan mengakui dan mengapresiasi dulu kelebihan anak tersebut. Lalu hubungkan kelebihannya itu dengan hal yang ingin diperbaiki.
"Masyaallah, kakak rajin banget ya belajarnya. Hebat, mama suka usaha kamu yang hebat ini".
Ajak ngobrol anak sampai dia juga benar benar menyadari kelebihannya itu. Pujilah sewajarnya.
Setelah pas waktunya baru kita sampaikan bahwa alangkah lebih baiknya jika kakak lebih rapi kamarnya agar belajarnya makin nyaman.
Contoh lainnya jika si bungsu jago main bola sedangkan dia tidak begitu jago dalam hal akademik, kita bisa memberi nasehat yang pas tanpa membanding bandingkan dengan kakak kakaknya.
"Ibu tadi lihat adek main bola, keren ih gocekannya. Tendangan adek juga pas banget dan kuat, jadi adek bisa nge gol in ya. Keren lo adek".
Dengan pernyataan itu si adek akan memiliki kepercayaan diri yang kuat. Merasa dihargai dan diakui kelebihannya. Anak yang diapresiasi secara tulus akan merasakan vibe positifnya. Secara ga langsung dia juga nantinya akan menghargai dan mendengarkan orang tuanya.
Nah setelah terjalin hubungan yang baik dan nyaman dalam berkomunikasi dengan anak, maka orang tua bisa menyampaikan nasehatnya dengan baik. Jika anak sudah merasa nyaman dan baik maka segala nasihat orang tuanya akan lebih didengar dan diterimanya dengan baik pula.
2). Menjelaskan fakta secara general dan netral
Tips kedua menasehati anak tanpa membanding bandingkan dengan saudaranya adalah dengan menasehati suatu hal secara umum dan netral. Umum maksudnya adalah isi nasehatnya itu berlaku untuk semua anak dan netral maksudnya adalah nasehat itu ditujukan kepada semua anak. Nasehatnya tanpa memojokkan atau menjatuhkan anak.
Misal ketika anak malas belajar. Ya kita bilang aja ke anak bahwa malas belajar itu ga bagus, resikonya begini begini, dan mengarahkan untuk rajin belajar karena manfaatnya begini begini. Nasehat ini disampaikan tanpa harus menyertakan referensi nama saudaranya jadi berlaku untuk semua anak. Usahakan bahasanya sesuai dengan usia anak dan kemampuan anak sehingga anak mudah memahaminya.
3). Reward dan punishment
Setiap anak pasti suka kalau usahanya dihargai entah itu secara verbal maupun materi. Penghargaan atau reward ini sebagai bentuk apresiasi orang tua terhadap keberhasilan usaha anak anaknya. Namun sebelum memberikan apresiasi dan punishment sebaiknya orang tua dan anak membuat kesepakatan terlebih dahulu. Hal ini agar anak lebih merasa bertanggung jawab dan reward punishment itu ada landasannya.
Jenis reward dan punishment ini disetujui bersama dengan anak dan disesuaikan dengan usia anak. Anak balita akan lebih suka reward berupa makanan, jajanan, mainan dan sejenisnya. Sedangkan bagi anak yang beranjak remaja bisa berupa barang yang dia inginkan dan pujian yang tidak berlebihan.
Untuk punishment juga disesuaikan dengan usia anak dan tidak berupa hukuman fisik dan mental secara langsung. Bisa berupa pengurangan jam main game, merapikan kamar adiknya, merapikan buku buku di perpustakaan keluarga dan lainnya.
Dengan adanya reward dan punishment ini orang tua melatih rasa tanggung jawab anak tanpa membanding bandingkan dengan saudaranya. Dia belajar bertanggung jawab atas dirinya sendiri dengan menjadi dirinya sendiri, bukan saudaranya apalagi temannya.
Nah, inilah part ketiga dari tulisan tentang 3 hal yang bisa memunculkan benih dendam pada anak anak kita. Sebenarnya masih banyak beberapa kesalahan pola asuh anak yang bisa memunculkan kerenggangan hubungan persaudaraan anak anak, silahkan dievaluasi dan ditelaah lagi bagaimana pola asuh yang baik. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitu juga kita sebagai orang tua, kita hanya perlu belajar dan belajar demi pendidikan dan kehidupan yang lebih baik bagi kita, anak anak dan keluarga tercinta.
Semangat belajar ya bunda, tetap bahagia dan sehat selaluβ¦.πππ
Lha, ini wis ngeblog dan nulis mbak... Wis apik nih.
BalasHapusBtw, aku juga berusaha nggak bandingin anak. Bukan apa, nanti kalau dibalik seperti, "Lha, si A aja pakai ipun, masak aku enggak?"
Repot kan?
Alhamdulillah mba say mampir..
HapusBlogku masih acak acak an ini mba, belum bisa ngotak ngatik template, ajari aku ya...hehhe
Nah iya mba, nek ngebanding bandingin ki kasihan ke anak anak kita dan efeknya itu lo, jangka panjang....
Ini sbnrnya dulu seriiing banget dilakuin Ama ortuku. Saling membandingkan. Tapi untungnya sih kami ga jadi saling iri hati atau dendam mba. Tapi aku ngerti, membandingkan itu ga bagus. Kalo anaknya bisa ambil sisi baiknya, Alhamdulillah. Tapi kalo malah bikin dia jadi membenci saudaranya, susah untuk mendekatkan lagi apalagi pas udah gede.
BalasHapusMungkin sesekali aku ada seperti itu ke anak2ku. Tapi kalo pas sadar, rasanya nyeseeel banget :(.
Setiap kita punya masa lalu dengan orang tua, namun langkah yg bijak adalah dengan memaafkannya dan dpt mengambil pelajarannya. Dan setiap kita adalah orang tua yg tak sempurna, salah dan khilaf itu pasti ada, namun sebaiknya kita segera menyadarinya dan belajar terus untuk memberikan yg terbaik buat kita dan anak anak. Semangat ya mba buat kita para ibu, semoga selalu dimudahan dan diberi kesabaran dalam mendidik anak anak. π
Hapus