Hati Hati, 3 Hal Ini Bisa Memunculkan Benih Dendam pada Anak Anak Kita (Part 1)
Orang tua mana yang ingin anak anaknya bertengkar? Orangtua mana yang ingin anak anaknya saling bermusuhan? Dan orang tua mana yang ingin anak anaknya saling mendendam?
Hampir semua orang tua menginginkan anak anaknya selalu rukun, saling membantu dan saling menyayangi. Tidak ada pemandangan yang paling indah selain melihat anak anaknya berjalan beriringan, bergandeng tangan, rukun, dan saling menyayangi.
Namun ada beberapa orang tua yang belum menyadari bahwa ada beberapa perilaku negatif atau kebiasaan negatif dalam pola asuh anak anaknya. Perilaku negatif ini jika tidak disadari lama kelamaan bisa menumbuhkan benih dendam anak anaknya terutama kakak kepada adiknya. Benih dendam ini nantinya yang akan membuat hubungan antar anak merenggang bahkan putus. Naudzubillah.
Nah perilaku negatif apa saja yang bisa menumbuhkan benih dendam pada anak anak kita? Yuk kita bahas satu persatu.
Langsung menyalahkan sang kakak ketika adiknya menangis.
Suatu hari bu Ari sedang repot memasak di dapur. Lalu bu Ari meminta anaknya yang sulung, sebut saja namanya Rani untuk menjaga adiknya yang baru 2 tahun. Dengan rasa senang dan bangga Rani pun menyanggupinya. Dia merasa menjadi kakak yang sangat dibutuhkan adiknya dan dia juga merasa senang karena bisa membantu ibunya.
Di ruang tamu, Rani asik bermain dengan adiknya, Reno. Mereka berlarian kesana kemari. Rani pura pura sebagai polisi mengejar Reno sambil membawa pistol pistolan. Reno senang sekali dikejar kejar kakaknya. Dia berlari masuk kamar depan, ke teras bahkan lari bersembunyi di bawah meja tamu. Rani yang baru kelas 2 SD juga senang bisa membuat anaknya tertawa tawa. Gelak tawa mereka terdengar sampai ke dapur, dimana bu Ari sedang mempersiapkan makan siang.
Semuanya tampak ceria, bu Ari sangat terbantu oleh Rani karena akhirnya bisa masak tanpa disponsori tangan tangan mungil Reno yang suka ngegeratak.
Namun beberapa menit kemudian, terdengar suara "gubrak" dari ruang tamu. Suara itu disusul dengan tangisan Reno yang menggelegar. Bu Ari segera mematikan kompor dan berlari ke depan. Pikirannya sudah ga karuan, apalagi Reno yang terus nangis kejer. Ternyata betul, Reno terjatuh dari kursi tamu dan rak buku kecil di sudut ruang tamu ini juga jatuh hampir mengenai badan Reno. Sedangkan Rani berusaha membangunkan Reno dan terus mengelus elus kepala adiknya itu.
Siang Itu cuaca sangat panas, apalagi bagi bu Ari yang dari tadi berada di dapur. Panasnya cuaca semakin membuat panasnya emosi bu Ari. Tanpa babibu, bu Ari melotot dan nyerocos memarahi Rani sambil mengangkat Reno dan menggendongnya. Sementara itu Rani sudah tertunduk di sebelahnya sambil menahan tangis.
"Kamu tuh ya disuruh jaga adiknya ga bisa. Ini kalau rak bukunya nimpahin adik kamu bagaimana? Dan itu adik kamu jatuh dari kursi kenapa? Kamu kejar kejar ya? Makanya kalau mainan tuh jangan beneran. Ngejar adiknya boongan aja. Tuh lihat benjol kan kepala Reno." Omelan bu Ari masih berlanjut sampai dapur. Omelan ini bagaikan petir di siang bolong bagi Rani.
Ya, seorang gadis kecil bernama Rani yang sejak 30 menit yang lalu menjaga adiknya dan mengajak adiknya bermain agar sang ibu bisa masak dengan nyaman. Seorang Rani yang tadinya begitu bangga diberi amanah untuk menjaga dan mengajak adiknya bermain kini hatinya hancur berkeping keping. Usahanya sia sia dan tidak dihargai sang ibu. Usahanya menjaga adiknya kini dibalas dengan omelan panjang dan bentakan yang bertubi tubi bagaikan serangan anak panah mengenai tubuhnya. Menusuk dalam, perih dan meninggalkan luka berdarah. Rani kecil hanya bisa terdiam sambil memandangi kursi dan rak buku di sudut ruang itu sebagai saksi bisu.
Kejadian yang dialami Rani kecil ini terekam dengan kuat dalam memorinya hingga dia beranjak remaja. Kalau kejadian ini hanya terjadi sekali atau dua kali mungkin masih bisa terhapus dengan keceriaan dan kebahagiaan yang lain. Namun apa jadinya jika kejadian ini sering terjadi dengan latar dan alur yang hampir sama? Ya, luka itu pastinya semakin berdarah dan dalam. Luka inilah yang bisa menyebabkan tumbuhnya benih benih dendam Rani pada adiknya atau mungkin juga pada ibunya. Dia merasa usahanya untuk menyenangkan ibunya dan adiknya tidak dihargai malah dicaci maki.
Nah, ini salah satu ilustrasi tentang sebuah perilaku negatif dalam pola asuh anak yang mungkin pernah dilakukan seorang ibu. Ya, kita sadari bahwa seorang ibu itu juga manusia yang tak sempurna. Apalagi title ibu itu memiliki banyak peran dalam keluarga. Banyak tuntutan dan tekanan setiap harinya yang membuat sang ibu lelah fisik, hati dan pikirannya. Emosi yang meledak begitu saja mungkin salah satu ungkapan perasaan tertekan yang sudah terakumulasi. Kadang perilaku seperti diatas datang tiba tiba begitu saja. Sedang asik asiknya memasak, tiba tiba anak terjatuh. Panik dan emosi pun meledak dan kejadian memarahi Rani pun terjadi.
Namun boleh percaya atau tidak, kebanyakan para ibu yang pernah melakukan hal seperti kasus Rani diatas akan merasa menyesal setelahnya. Dia akan sangat merasa bersalah dan sangat menyesali diri. Dadanya seakan sesak dan penuh gemuruh tak karuan. Sang ibu tentu saja sangat menyayangi sang kakak seperti dia menyayangi sang adik namun karena tanpa sadar dan spontan, hal itu pun terjadi.
Nah, jika kita sudah tahu dampak dari memarahi anak secara langsung dan bertubi tubi maka sudah sepatutnya kita bisa mencegahnya. Bagaimana caranya?
Cara yang bisa ditempuh adalah dengan menghadirkan sikap tenang setiap menghadapi hal hal yang tiba tiba terjadi. Kuasai diri, tetap sadar dan tenang. Segala kejadian yang sudah terjadi adalah di luar kendali kita. Sudah terjadi ya sudah terjadi. Tugas kita selanjutnya adalah recovery. Mengobati jika ada yang terluka, merapikan yang berantakan dan selanjutnya mengajarkan anak kita mengambil pelajaran dari setiap kejadian. Tanyakan kronologis kejadian pelan pelan, ajak sang kakak mengobati adiknya dan memberesi yang berantakan. Apresiasi dulu usahanya yang sudah menjaga dan mengajak adiknya bermain baru nasehati agar lebih hati hati. Dengan begitu, sang kakak akan tetap merasa dihargai dan tetap merasa dibutuhkan. Apakah semua itu bisa kita lakukan bun? Bisa dong asalkan kita tetap "sadar" alias "waras" , tenang dan selalu penuh cinta kasih. Setuju kan Bun? 🥰
Tarik nafas...hembuskan. Tarik nafas lagi dan hembuskan dengan teratur. Bisa pegang dada kita sebagai cara untuk mengendalikan emosi kita. Jangan lupa lantunkan istighfar agar Allah membantu menenangkan hati kita.
Salam sehat dan bahagia selalu buat Bunda hebat 🥰😘
wah ini sering terjadi ya, noted buat para ibu2 ini
BalasHapusAku pernah ngalamin ini 😔. Jujurnya memang menyesal banget mba stiap kaki ga sadar keceplosan marahin si Kaka. Padahal aku tau dia juga udah usaha.
BalasHapusMemang perlu banget pengendalian diri yg kuat supaya ga meledak marah ke anak.
tips bermanfaat...
BalasHapus👍👍